PopularIndonesia.com – Meskipun istilah “kecerdasan buatan” baru populer pada abad ke-20, ide tentang mesin yang bisa berpikir seperti manusia sudah ada sejak zaman kuno.
Dalam mitologi Yunani, misalnya, terdapat kisah tentang automaton, yaitu robot atau makhluk buatan yang memiliki kecerdasan.
Tahun 1956 menjadi titik balik dalam sejarah AI dengan diadakan Konferensi Dartmouth. Sejumlah ilmuwan berkumpul di Dartmouth College, New Hampshire, Amerika Serikat, untuk membahas kemungkinan menciptakan mesin yang bisa berpikir. Konferensi ini dianggap sebagai kelahiran resmi bidang kecerdasan buatan.
Salah satu tokoh kunci dalam konferensi Dartmouth adalah John McCarthy. Ia memperkenalkan istilah “Artificial Intelligence” dan mengembangkan bahasa pemrograman Lisp yang menjadi dasar bagi banyak sistem AI awal.
Seiring dengan semakin canggihnya komputer, semakin banyak kemungkinan untuk mengembangkan program yang dapat meniru proses berpikir manusia.
Para ilmuwan terus mengembangkan algoritma baru yang memungkinkan komputer untuk belajar, bernalar, dan memecahkan masalah.
Semakin banyak data yang tersedia, semakin baik pula kemampuan mesin untuk belajar dan membuat prediksi.
Baca Juga: Ternyata Begini Cara Menyadap WhatsApp Hanya dengan Nomor HP Tanpa Aplikasi
AI telah mengubah banyak aspek kehidupan kita. Mulai dari asisten virtual seperti Siri dan Alexa, hingga mobil swakemudi, rekomendasi produk di e-commerce, dan diagnosis penyakit.
Potensi AI untuk masa depan sangat besar, dan terus dikembangkan dalam berbagai bidang seperti kesehatan, keuangan, dan transportasi.
Singkatnya, kecerdasan buatan adalah hasil dari evolusi panjang pemikiran manusia tentang mesin yang bisa berpikir. Dari konsep filosofis hingga realisasi teknologi, AI terus berkembang dan membentuk dunia kita.